LOVE FOREVER

FAITH, HOPE, LOVE, THESE THREE, BUT THE GREATEST OF THESE IS LOVE.

17 September, 2007

Sahabat yang Hilang

PERSAHABATAN

Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara. Sebagai makhluk sosial, hampir dapat dipastikan kita semua mempunyai banyak sahabat, baik yang dianggap sahabat biasa maupun tergolong akrab. Sehingga kita dapat mencurahkan isi hati kita kepadanya. Ketika kita berpisah sekian lama karena alasan tertentu, kita pasti merasa rindu untuk kembali berjumpa dengan sahabat yang telah kita kenal sebagai figur yang baik dan bersedia menolong pada saat kita memerlukan bantuan, atau bersukacita bersama-sama dengan kita dikala kita mengalami suatu keberhasilan dan sebaliknya. Pokoknya, sahabat akrab yang kita anggap baik adalah dia yang mengerti siapa kita dan menerima apa adanya. Yang selalu bersama kita saat suka maupun duka.

Karena sekian lama kita tidak bertemu dengan sahabat-sahabat kita, tentu suatu waktu ada kerinduan untuk mengunjungi dan ingin berkumpul dengan mereka, tapi bagaimana kesedihan yang kita rasakan saat kerinduan itu tiba dan kita berencana ingin mengunjungi dan berkumpul dengan sahabat-sahabat kita, saat kita ingin mendengar keluh kesah mereka, saat kita ingin mereka mendengar keluh kesah kita, saat kita ingin mendengar cerita kebahagian mereka, saat kita ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka dan mereka ingin membagi kebahagiaan mereka dengan kita.

Saat kita ingin melihat raut wajahnya diukir debu jalanan, dipanggang teriknya mentari siang, “Grogol…grogol…grogol…!!!” teriaknya sambil mengayunkan tangan kiri yang jari-jarinya menjepit sebatang rokok "garfit" penuh harap mengajak para penumpang, menambah bisikan setiap terminal yang dia lewati.

Saat kita ingin melihat tangan kekarnya memutar stir ke kiri dan kekanan, kesigatan kakinya menginjak rem, persneling lalu tancap gas, saat kita ingin melihat uang sisa setoran, ditelapak tangannya yang kusam.

Saat kita ingin manjawab ajakannya “marmitu tulapo ni ise hita saonari oi?”. Saat kita ingin melihat jari lentiknya menari-nari memetik tali gitar. Saat kita ingin mendengar suaranya miminta tambul “tambai amang parlapo tambul na i” , saat kita ingin mendengar seruannya “baen 1 nai Juntak, tarik 3 nai simbolon, ribakkon 5 nai barat, bantu 1 nai anturi, atuk-atuk botol i manalu dohot sendok i.

Saat kita ingin tertawa mendengar jenakanya si Juntak mengejek “gumo ni tuak i, longkot di kumis mu tampu, attung apusi jolo i”. Kod disi asa diboto jolma hita na minum tuak.., jawabnya dengan tawa canda terbahak. Ai ngadia si Barani i ? naso mulak do pe sian partandangan? sotung naung ditangkup pak RT do ?, lului i Juntak!, unang sai marende i hita di son bahh, hape nungga dimassahon ibana disan, sotung pailahon, perhatiannya kepada sahabat yang lain.


Saat kita ingin mengenang tentang saldo kumpulan muda-mudi yang kita bentuk, minus torus.....!!! amangooi, amangg.....!


“PUAS NAMANGARATTO I , ALAI ONGKOS MULAK DANG ADONG”

Saat kita ingin mendengar itu semuanya, saat kita ingin mengulangi momen itu semuanya, ternyata dianya sudah pergi untuk selamanya.
Biarlah keluh kesahnya, kebahagiannya yang belum dia ceritakan kepada para sahabatnya terkubur abadi bersamanya, dan kita akan melanjutkan cerita keluh kesah kita, kebahagian kita dengan sahabat kita yang lainnya.

Makin banyak sahabat yang kita miliki, makin banyak suka cita yang kita dapat, tentu makin banyak cerita yang akan kita ukir dalam hidup kita. Begitu juga sebaliknya dan makin banyak pula kesedihan yang datang menghampiri kita saat sahabat kita meninggalkan kita untuk selamanya.

Aku berharap sebelum kepergianmu menghadap yang kuasa, kamu sudah menghapus "gumo ni tuak na longkot di kumis mi".

...
Good bye my best friend....!!!.